Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience itu mengungkap bahwa konsentrasi gas-gas penyebab pemanasan global mencapai rekor tertingginya pada tahun 2010. Badan Cuaca PBB menyatakan, gas tersebut akan bertahan di atmosfer selama puluhan tahun, bahkan jika dunia tak lagi memompa emisi gas ke udara.
Zaman es adalah periode ketika terjadi penurunan suhu permukaan dan atmosfer bumi dalam jangka panjang. Penurunan suhu ini berimbas pada terbentuknya lapisan es dan gletser.
Selama sejarah bumi, diperkirakan sudah lima kali zaman es terjadi. Selama zaman es ada siklus glasiasi, yakni lapisan es yang kadang meluas kadang menyusut.
Pada saat ini Bumi resminya berada dalam periode interglasial, atau periode hangat, selama 10.000 hingga 15.000 tahun terakhir. Namun, berapa lama periode itu berlangsung, masih memunculkan spekulasi.
"Analisis menunjukkan bahwa akhir periode interglasial saat ini akan terjadi dalam 1.500 tahun mendatang, jika konsentrasi CO2 di atmosfer tidak melebihi sekitar 240 bagian per juta volume (ppmv)," isi penelitian menyebutkan.
Namun, konsentrasi karbondioksida saat ini mencapai 390 ppmv. Para peneliti mengatakan, pada tingkat konsentrasi CO2 sebesar itu, peningkatan volume lapisan es tidak akan mungkin terjadi.
Penelitian didasarkan pada variasi di orbit bumi dan sampel batuan. Penelitian dilakukan oleh akademisi dari Cambridge University, University College London, University of Florida, dan University Bergen di Norwegia.
Para peneliti mengatakan, penyebab terjadinya zaman es tidak sepenuhnya dipahami. Namun, konsentrasi metana dan karbondioksida di atmosfer, perubahan orbit bumi mengelilingi matahari, dan gerakan lempeng tektonik, semuanya berperan.
Bumi diperkirakan semakin panas seiring terus meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca memacu potensi ancaman seperti cuaca ekstrim dan kenaikan permukaan air laut.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kenaikan suhu Bumi harus dibatasi dalam kisaran 2 derajat Celsius untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim. Tapi keterlambatan membatasi pertumbuhan emisi gas berbahaya semakin menempatkan planet Bumi dalam risiko.
Pada saat ini Bumi resminya berada dalam periode interglasial, atau periode hangat, selama 10.000 hingga 15.000 tahun terakhir. Namun, berapa lama periode itu berlangsung, masih memunculkan spekulasi.
"Analisis menunjukkan bahwa akhir periode interglasial saat ini akan terjadi dalam 1.500 tahun mendatang, jika konsentrasi CO2 di atmosfer tidak melebihi sekitar 240 bagian per juta volume (ppmv)," isi penelitian menyebutkan.
Namun, konsentrasi karbondioksida saat ini mencapai 390 ppmv. Para peneliti mengatakan, pada tingkat konsentrasi CO2 sebesar itu, peningkatan volume lapisan es tidak akan mungkin terjadi.
Penelitian didasarkan pada variasi di orbit bumi dan sampel batuan. Penelitian dilakukan oleh akademisi dari Cambridge University, University College London, University of Florida, dan University Bergen di Norwegia.
Para peneliti mengatakan, penyebab terjadinya zaman es tidak sepenuhnya dipahami. Namun, konsentrasi metana dan karbondioksida di atmosfer, perubahan orbit bumi mengelilingi matahari, dan gerakan lempeng tektonik, semuanya berperan.
Bumi diperkirakan semakin panas seiring terus meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca memacu potensi ancaman seperti cuaca ekstrim dan kenaikan permukaan air laut.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kenaikan suhu Bumi harus dibatasi dalam kisaran 2 derajat Celsius untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim. Tapi keterlambatan membatasi pertumbuhan emisi gas berbahaya semakin menempatkan planet Bumi dalam risiko.
No comments:
Post a Comment